Sang Rasa

Posted by Heri NXI | 9:09 PM | | 0 comments »

Apakah sebuah rasa yang muncul dalam benakku saat ini? Bergejolak bagai air mendidih yang hendak terbang bebas menuju langit, walau nanti kan jatuh juga saat pagi menjelang. Menjadi titik-titik embun. Tapi gejolak rasa itu tak sepanas didihan air. Malah sejuk. Mungkin karena hari yang tlah kulalui dengan senyum dan langkah tegap.
Sebetulnya rasa ini tak begitu asing hadir dalam otakku. Tapi tak pernah kutemukan pasti apa yang menggelora dalam hati.Mungkin juga aku tak ingin begitu tahu secara detail seperti spesifikasi komputerku. Aku hanya ingin merasakan keindahannya. Keteduhan yang ditimbulkannya. Yang mungkin saja kan sirna saat aku tahu jati diri rasa ini.
Setiap rasa ini hadir, ku ingin seseorang tuk berbagi. Biarlah menjelma dalam bayang hitam. Temani aku menikmatinya. Dan pergi sesaat sebelum ia tenggelam dalam gelapnya rasa yang lain. Sirna bak mentari tertelan bumi berteman jingga langit. Aku ingin mengungkap sedikit demi sedikit rahasia ini. Menikmati setiap repihan rasa. Yang disuguhkannya seolah kita sedang menikmati manisnya cairan dalam tulang-tulang kepiting saus tiram.
Gairah. Muncul bersama sang misterius yang begitu sulit kutemukan tempat tinggalnya. Agar dapat kuundang saats kepenatan mulai menjalar di akalku. Begitu rasa ini hadir. Ingin kutuangkan kedalam sebuah guratan kisah. Aku memang bukan seorang pujangga. Yang mampu melukiskan suara kepakan sayap lebah, menjadi setebal kisah yang begitu dahsyat menggetarkan jiwa. Atau serang fotografer. Dengan sigap mengabadikan setiap momen. Merekam detak jantung, sedahsyat getar kemarahan gunung berapi.
Aku hanya ingin melukiskan indahnya rasa ini. Dahsyatnya sentuhan yang dibelaikannya. Hingga mampu membuatku melihat terang dalam ruang beremisivitas satu. Menjelmalah engaku malam ini. Temaniku menikmati sepinya malam. Berteman lirik-lirik MP3 dari mulut komputer. Biarlah kutuangkan segenap kata yang kau bisikkan dalam letih jiwaku. Rapuh termakan terik kehidupan. Atau tergores tajam rasa yang tanpa sadar selalu ku tancapkan setiap ku jatuh. Semakin menambah luka dan perih. Biarlah kau menjelma. Laksana dokter kulit dan kelamin sembuhkan sang penyandang raja singa. Biarlah kau tinggikan rasa diri yang sering kali jatuh dan terinjak kala aku berjalan sendiri. Kuingin sejukmu terus berhembus. Basuh detak-detak jantung dan hembusan nafas. Tersendat dan tersengal mengejar asa dalam sandiwara kehidupan. Bersemayamlah engkau dimana kau suka. Tapi hadirlah setiap jiwa ini terasa sepi dan hampa karena luka.

0 comments